Jumat, 09 Juli 2021

Definisi bahagia

 Mungkin ini receh, klise. Mendengar kata bahagia aja kadang yang terbersit ‘ah apaansi, basi’. Tapi pernah ngga si bertanya sama diri sendiri ketika orang-orang berbondong-bondong mencari kebahagiaan hidup, mencari kebahagiaan sejati, dan bagi mereka yang ditanya apa sih yang dicari dalam hidup? kemudian menjawab ‘kebahagiaan’. Atau mungkin yang sering baca atau nulis ‘jangan lupa bahagiaaaa’. Sebenernya bahagia itu makhluk apa? Apa ada wujudnya? Bentuknya gimana? Dan apakah bahagia bisa dan harus dicari?.

Menurut KBBI atau kamus besar Bahasa Indonesia, bahagia diartikan sebagai  keadaan atau perasaan senang dan tentram (bebas dari segala yang menyusahkan). Menyusahkan disini kondisonal sih menurutku, karena setiap orang akan berbeda dalam mendefinisikanya, dan it’s okay. Kalau kata om herry dalam bukunya ‘filosofi teras’, bahagia bisa diartikan ketika kita bisa bebas dari emosi-emosi negative seperti marah, sedih, kesal, susah, iri dll, atau mungkin juga bisa diartikan ketika kita bisa damai sama hidup apapun yang sedang menimpa dan dialaminya, sehingga bisa menimbulkan ketenangan. 

Lalu dari mana datangnya bahagia? Perlu dicari atau sebenernya udah ada? Apa saja yang bisa mempengaruhi kebahagiaan seseorang?. Sejauh ini ada beberapa pendapat yang masih aga nyangkol dikepala entah yang keetulan baca atau nonton influencer andalan di youtube haha. Pendapat pertama yang ngga sengaja baca dari buku ‘The labyrinth’ yang ditulis oleh syarifah muda, ia mengatakan bahwa sebenernya kebahagiaan itu ada di dekat kita, ia ngga pernah pergi jauh-jauh dari kita. Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang jauh sehingga harus dicari dan di kejar. Dalam praktiknya, karena kita terlalu terpaku, terobsesi mencari kebahagiaan , sehingga kita lupa kalau kita punya kebahagiaan itu namun tidak kita sadari. Sebagai contoh mulai dari hal kecil seperti melihat orang tua yang kita sayang tersenyum, dikelilingi oran-orang baik, bisa tidur nyenyak, makan bakso abis ujan-ujanan, nemu buku bagus dll. Itu semua kebahagiaan, akan tetapi sering luput dari pikiran.

Pendapat kedua dari seorang influencer dan content creator andalan sejagat raya wkwk, sebut nama jangan? Beberapa dari kalian mungkin sudah bisa nebak, sempat beberapa kali juga aku posting. Sebenernya bukan ke definisi bahagia sih, lebih ke ada beberapa hal atau aktivitas atau guide buat bahagia itu bisa timbul kali yaaaa. Dalam videonya ada 16 hal yang bisa bantu bisa bikin kita bahagia. Well, mungkin ngga akan disebutkan juga semuanya disini, kalian bisa pelajari dan tonton sendiri nanti hehe. Yang paling aku inget dan aku garis bawahi sih perihal men-upgrade dan mengembangkan diri bisa bikin kita bahagia. Entah mengembangkan diri dalam hal ilmu, sikap, cara berfikir dll yang bisa kita peroleh dengan membaca, nonton, coba jadi lebih disiplin dll. Dengan melakukan ha-hal tersebut setidaknya kita coba buat perbaiki dan mengembangkan diri kita menjadi lebih baik. Terlepas dari hasilnya gimana juga yang penting udah coba buat perbaiki. Nah dari situ kita bisa ngrasain happy, hal-hal yang tadinya kita ngga tau karena cari tau jadi ngerti dan sebagainya. Kalu udah gitu siapa sih yang ngga seneng?. Tapi ya itu Cuma satu, masih ada 15 hal lagi yang bisa kalian coba dan kali aja cocok hehe, selamat menonton.

Pendapat terahir yaitu dari ajaran-ajaran filsafat yunani-romawi kuno atau biasa di sebut dengan filsafat stoa yang berhasil ditulis dan disampaikan dengan ringan dan mengasyikan oleh penulis bernama Henry Manampiring dalam sebuah judul ‘Filosofi Teras’. Untuk kali ini mungkin lebih ke mengatur mindset tentang bahagia itu tadi. Dan bisa dibilang ini adalah salah buku favorit sepanjang hidup sih, bener-bener bantu ngatur mindset biar aga waras ngadepin hidup, mengurangi emosi-emosi negatif dan rekomendasi banget deh buat seluruh makhluk jagat raya di bumi haha. Untuk sekilas definisi kebahagiaan menurut beliau sudah disampaikan diawal. Selanjutnya, dalam buku ini dijelaskan bahwa ngga rasional ketika meletakkan kebahagiaan pada apa-apa yang bersifat fana, yang kapanpun bisa direnggut dari diri kita. Masa bahagia kita bergantung pada sesuatu yang berada diluar diri kita sendiri?.

Dalam buku ini dicontohkan mengenai benda atau apapun yang bikin kita bahagia, oke lah kita bisa kok enjoy sama hal-hal duniawi, silahkan menikmati rezeki yang sudah didapatkan, tetapi selalu mengingatkan diri sendiri untuk tidak bergantung padanya dan melihatnya dengan apa adanya. Kita senang punya pekerjaan bagus, smarthphone mahal, terlahir cantik/ganteng, bisnis sukses, punya suami ganteng/istri cantik, punya sahabt, anak/orang tua yang baik dll. Syukurlah semua itu ada, tapi jangan lupa ingatkan diri kita bahwa sesungguhnya itu semua hanyalah sebuah ‘pekerjaan’ hanya sebuah “smarthphone” hanya sebuah “keberuntungan fisik” hanya seorang cowo ganteng/cewek cantik-dan bahwa itu semua bisa hilang sewaktu-waktu karena tidak (sepenuhnya) dibawah kendali kita dan bahwa kita MAMPU merasa tenang/bahagia tanpa itu semua. Ini bukan berarti ngga bersyukur yaa, itu beda kasus. Bisa dibahas dilain waktu kalau sempat. Memang ini ngga mudah sih, perlu latihan mulai dari hal terkecil.

Okeh, kok jadi apanjang begini haha. Initinya sih gaada yang salah dari ketiga prespektif diatas. Semuanya bener, semuanya baik sebagai usaha menemui bahagianya masing-masing. Mungkin aku bisa sedikit menyimpulkan bahwa kalau ngomongin bahagia sebenernya sangat relative, nggabisa dipukul rata hars begini atau begitu. Semua orang bisa dan berhak mendefinisikan bahagianya masing-masing, dan it’s okay ketika masing-masing dari kita punya standar bahagia yang berbeda. yang penting menurutku, untuk jadi bahagia kita harus sebegitunya bahkan sampai harus menyusahkan diri sendiri dengan standar-standar bahagia yang terlalu tinggi dan ngga rasional, jangan sampai kita kehilangan sesuatu dulu baru sadar bahwa ada bahagia-bahagia kecil yang tidak kita sadari dan lupa kita syukuri. Udah si gitu ajaa, mari definisikan bahagia kita masing-masing, jangan biarkan orang lain yang mendikte kebahagiaan kita. Karena rasanya mustahil bisa memberi bahagia yang tulus ke orang lain jika belum selesai dengan bahagia kita sendiri.

Salam…

 

6 komentar:

Memaafkan

Setiap orang pasti memiliki cerita dan proses untuk memaafkan. Baik memaafkan keadaan, memaafkan seseorang, dirinya sendiri dan lain sebagai...