Kalo ditakar pake akal manusia, harusnya sulitku sudah
bertemu dengan mudahnya, sedihku sudah bertemu dengan bahagianya, pahitku sudah
bertemu dengan manisnya. Karena katanya bersama kesulitan ada kemudahan,
setelah duka yang berkepanjangan ada bahagia tak terkira, setelah penantian
panjang ada puncak pertemuan yang manis wkwk. Tapi kenapa kok kayanya pahit terus yaa,
masalah kok ngga kelar-kelar, harus sabar terus sampe kapan ? Sebagian dari
kita mungkin pernah berfikir demikian, termasuk aku sendiri. Namun begitulah
keterbatasan akal, ia hanya mampu menjangkau hal-hal yang rasional alias masuk
akal. Lalu kalau udah gitu harus gimana?
Begini katanya, apabila dilihat dari sudut pandang
agama (islam), eh mau disclaimer dulu, karena yang nulis bukan ahlinya
jadi ingetin kalau ada yang keliru hehe. Lanjut, ngga semua kejadian dan fakta
bisa diterima dengan akal, adakalanya harus diterima dengan hati (iman) atau
keyakinan bahwa selalu ada kebaikan Tuhan dalam setiap ritme kehidupan yang
terjadi. Kita coba ambil contoh paling sederhana, dalam banyak kasus ada yang
merasa sudah doa dan berusaha dengan maksimal, tapi hasilnya kok ngga sesuai
harapan? Justru yang terjadi malah sebaliknya. Kalau udah gitu masa mau nyalahin
keadaan, apalagi nyalahin Tuhan kan ngga mungkin. Memang ngga mudah, makanya
perlu latihan. Harus tetep yakin ada kebaikan dalam setiap hal yang ngga
mengenakkan itu agak sulit diawal, karena rada abstrak gitu. Bayangin aja, lagi
sedih-sedihnya, lagi kesel-keselnya tapi tetep harus yakin pasti ada kebaikan
Tuhan didalamnya. Kan perlu sabar ngga tuh?. yaudah Tarik nafas dulu, biar
tenang hehe.
Kita kembalikan lagi pada konsep Tuhan pasti
menginginkan yang terbaik bagi makhluknya, meski kadang disampaikan melalui
sesuatu yang menurut manusia ngga enak, pahit. Entah lewat sakit, kehilangan,
tiba-tiba dirumahkan dari pekerjaan dan sebagainya. Kadang bungkusnya doang
jelek isinya mah bagus. Ngga akan ada kehilangan melainkan menjadikan kekuatan
dan dapat banyak pelajaran berharga setelahnya. Lewat patah hati juga gitu, ada
pesan kemandirian, kekuatan untuk bangkit dan kehati-hatian dalam memilih
terbungkus didalamnya, katanya sih gitu wkwk. Itu Cuma sebagian contoh, masih
banyak banget kejadian serupa yang mungkin dialami temen-temen.
Dan ternyata, menurutku ini semua selaras dengan
ajaran dalam filsafat stoa yang lahir ribuan tahun lalu tentang dikotomi
kendali. Maksudnya bahwa dalam hidup ada sebagian hal yang dibawah kendali
kita, dan sebagian lagi bukan dibawah kendali kita alias kita ngga bisa
ngendaliin itu semua untuk terjadi sesuai keinginan kita. Dalam filsafat
tersebut dikatakan bahwa yang berada dalam kendali kita hanyalah pikiran kita,
tindakan dan perspektif kita, dan sisanya bukan dibawah kendali kita.
Sebenernya aga panjang penjelasanya, semoga ada kesempatan buat membahas nya
secara terpisah. Berkaitan dengan hal diatas, hidup yang sedang kita jalani
sekarang ngga semuanya bisa kita atur harus terjadi sesuai apa yang kita
inginkan, ada intervensi Tuhan dan makhluk lain didalamnya. Oleh karena itu
bisa dikatakan semua yang terjadi bukan dibawah kendali kita, jadi ngga bisa
tuh sebenernya kita balik menyalahkan apa atau siapa ketika semuanya terjadi
ngga sesuai keinginan. Tapi kita punya persepsi yang jelas-jelas dibawah
kendali kita untuk bagaimana merespon semua hal yang terjadi. Emosi yang timbul
kemudian tergantung bagaimana kita menanggapi sebuah kejadian, bisa aja ketika
kita gagal kita akan berfikir bahwa semua kesalahan ada pada diri sendiri,
mungkin karena aku kurang ini kurang itu dan lain sebagainya sehingga emosi
yang timbul pun jadi down berkepajangan. Lain hal ketika kita menyadari bahwa
kegagalan dan keberhasilan ngga sepenhnya dibawah kendali kita, ada banyak
makhluk yang andil yang dapat mempengaruhinya. Sehingga ketika kita gagal, kita
sadar bahwa bukan sepenuhnya kesalahan ada dalam diri kita. Emosi yang
dihasilkan pun jauh lebih positif.
Kurang lebih si gitu, yaaa semoga aja kita bisa
senantiasa melihat kebaikan dan kasih sayang Tuhan dalam kejadian maupun fakta
segetir apapun itu, dan bisa lebih jeli melihat apa yang bisa dan tidak bisa
kita kendalikan demi menjadi dewasa yang lebih waras dan santuy, hehe
Salam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar