Kedua adalah saka, karena orang tuanya broken home
sehingga ia tinggal bersama ibu dan adiknya. Saka mempunyai watak yang sangat
keras, tak jarang caranya mendidik adiknya pun keras. Dibalik sifatnya yang
keras, sebenernya ia mempunyai kepedulian yang besar pada keluarganya, namun
tidak tau bagaimana mengungkapkanya. Saka mempunyai kebiasaan mendaki gunung
sebagai pelarian kerap kali masalah menghampirinya. Tak jarang karena sifat
kerasnya ia berdebat dengan fatih perihal masalah kecil. Ketiga adalah fana,
anak perempuan dari pasangan seorang psikolog dan dokter. Fana sudah terbiasa hidup
serba ada sejak kecil, ia pun sangat penurut pada orang tuanya sampai perihal
melanjutkan sekolah pun ia akan mengikuti kemauan orang tuanya, meski hidup
fana seolah hidupnya di dikte apa kata orang tuanya, namun ia sangat menikmati
itu. Fana hadir sebagai penengah ditengah kerasnya watak antara fatih dan saka,
dan konon Cuma fana lah yang bisa mengimbangi dan mengerti perasaan fatih dan
diam-diam ternyata memendam perasaan pada fatih.
Novelnya ngga terlau berat karena memang permasalahan
yang diangkat sangat dekat dengan hidup kita namun harus jeli karena konflik
ketiganya sama-sama tajam haha. Mungkin diluar sana banyak fatih, saka dan fana
dalam dunia nyata. Banyak yang mengalami pergolakan batin yang luar biasa dan
habis-habisan melawanya agar terlihat baik-baik saja. Peduli dibilang kepo,
acuh dibilang gapunya hati, sedih dikit dibilang baperan, ah ribet pokonya. Namun
pelajaran yang bisa diambil adalah peduli seperlunya, dan bertindaklah
sewajarnya ditengah riuhnya social media yang makin kejam haha. Oiya ada
kutipan menarik di halaman 353 “jika semua orang berusaha menjadi keras untuk
mempersiapkan diri menghadapi dunia yang keras, lalu siapa yang mengajarkan
kelembutan?” recommended pokonya, selamat membaca…
Salam….
Salah satu novel yang awalnya beli karena naksir
covernya aja haha, dan ternyata isinya juga ngga kalah oke. Novel ini
menceritakan tentang kehidupan, keluarga, mental illness, dan persahabatan
antara tiga orang teman di fakultas psikologi yaitu, faith, saka dan fana.
Faith adalah seorang laki-laki yang keras kepala namun juga mempunyai kepekaan
dan kepedulian tinggi akan sekitarnya, namun karena kepedulianya tersebut faith
kerap dianggap manusia yang ribet. Dibalik kepedulian faith ternyata menyimpan
masa lalu dan pergolakan batin yang luar biasa yang harus ia lawan
habis-habisan, karena nya ia pun harus membantu ibunya memenuhi kebutuhan
keluarganya sejak smp.
Kedua adalah saka, karena orang tuanya broken home
sehingga ia tinggal bersama ibu dan adiknya. Saka mempunyai watak yang sangat
keras, tak jarang caranya mendidik adiknya pun keras. Dibalik sifatnya yang
keras, sebenernya ia mempunyai kepedulian yang besar pada keluarganya, namun
tidak tau bagaimana mengungkapkanya. Saka mempunyai kebiasaan mendaki gunung
sebagai pelarian kerap kali masalah menghampirinya. Tak jarang karena sifat
kerasnya ia berdebat dengan fatih perihal masalah kecil. Ketiga adalah fana,
anak perempuan dari pasangan seorang psikolog dan dokter. Fana sudah terbiasa hidup
serba ada sejak kecil, ia pun sangat penurut pada orang tuanya sampai perihal
melanjutkan sekolah pun ia akan mengikuti kemauan orang tuanya, meski hidup
fana seolah hidupnya di dikte apa kata orang tuanya, namun ia sangat menikmati
itu. Fana hadir sebagai penengah ditengah kerasnya watak antara fatih dan saka,
dan konon Cuma fana lah yang bisa mengimbangi dan mengerti perasaan fatih dan
diam-diam ternyata memendam perasaan pada fatih.
Novelnya ngga terlau berat karena memang permasalahan
yang diangkat sangat dekat dengan hidup kita namun harus jeli karena konflik
ketiganya sama-sama tajam haha. Mungkin diluar sana banyak fatih, saka dan fana
dalam dunia nyata. Banyak yang mengalami pergolakan batin yang luar biasa dan
habis-habisan melawanya agar terlihat baik-baik saja. Peduli dibilang kepo,
acuh dibilang gapunya hati, sedih dikit dibilang baperan, ah ribet pokonya. Namun
pelajaran yang bisa diambil adalah peduli seperlunya, dan bertindaklah
sewajarnya ditengah riuhnya social media yang makin kejam haha. Oiya ada
kutipan menarik di halaman 353 “jika semua orang berusaha menjadi keras untuk
mempersiapkan diri menghadapi dunia yang keras, lalu siapa yang mengajarkan
kelembutan?” recommended pokonya, selamat membaca…
Salam….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar