memaafkan adalah mengambil pisau dari hatimu dan tidak menggunakanya untuk melukai orang lain, ngga peduli segimanapun mereka melukai dirimu. sayangnya itu bukan aku.
Dulu, aku
adalah manusia yang agak susah, eh lama untuk memaafkan kesalahan orang lain. Rasanya
langsung memaafkan orang lain ketika berbuat kesalahan adalah keputusan yang
nggak bijak samasekali, iyalah enak aja. Sesorang sudah melakukan kesalahan
dalam hidup kita masa di maafin gitu aja, yang ada di pikiranku Cuma biarin aja
biar dia merasa bersalah atas perilaku mapun perkataanya yang sudah menyakiti
sesamanya. Dengan membuat ia terus merasa bersalah rasanya ada kepuasan
tersendiri. Karena aku rasa setiap ada kekeliruan yang orang lain perbuat ke
kita yaa semua kesalahan ada pada dia, dan kita adalah pihak yang dirugikan.
Parah emang ego nya gede banget.
Tapi
sekarang rasanya udah capek, sepertinya dulu aku gagal melihat permasalahan
dari berbagai sudut pandang. Aku hanya melihat kesalahan dari satu sisi, yaitu dari
si pelaku kesalahan tersebut. Harusnya bisa lebih bijak, bisa jadi karena aku
juga menaruh ekspektasi yang terlalu tinggi, atau mungkin yang nglakuin
kesalahan juga ngga sengaja bahkan terpaksa. Saat itu aku juga belum ngerti
kalau ngga semua yang ada di dunia ini bisa kita kendalikan termasuk perilaku
dan perspektif orang lain terhadap kita. Kita ngga bisa ngatur sikap atau
perilaku seseorang untuk harus selalu baik ke kita, kita Cuma punya kendali
buat merespon itu semua sebijak mungkin. Selain itu aku pun belum bisa menerima
kalau jangan-jangan aku juga bersalah dalam kekeliruan tersebut. Sulit sekali
rasanya mengakui kalau aku juga berpeluang melakukan kesalahan.
Sampai
suatu hari ngga sengaja liat live ig dari salah seorang psikolog yang mengatakan
bahwa memaafkan itu sebenernya bukan tentang membebaskan pelaku kesalahan
terbebas dari kesalahanya, melainkan membebaskan diri sendiri dari emosi negative
yang ada pada diri sendiri. Masuk akal sih sebenernya, ngerti kan gimana sih
rasanya kalau lagi sebel sama orang karena mereka punya ‘kesalahn’, rasanya ada
emosi, kesel, sakit hati dll, emosi negative semua pokonya hati isinya. Tapi memang
susah diawal untuk diterima, namun lama-lama sadar juga (dikit). Dengan dalih
oh iya ya rasanya kasian juga sama hati dan pikiran sendiri kalau isinya negative
semua, ngga mau dong.
Sampe ahirnya
mau coba meski berat. Sekarang yang jadi fokus bukan mengingat kesalahan mereka,
tapi lebih ke mengurangi emosi-emosi negative yang ada dalam diri sendiri. Lebih
jauh lagi ternyata memaafkan bukan tentang berdamai dengan orang lain, tapi bagaimana
berdamai dengan diri sendiri untuk tidak terus membiarkan emosi negative itu
ada. Ngga terus-terusan ngasih makan ego. Lalu bagaimana dengan kesalahan yang
orang lain udah perbuat? Yaudah lah
yaaa, biar jadi urusan dia dengan dirinya sendiri. Dan sekarang sebenernya aga kasian
ketika masih ada orang yang melukai orang lain, karena bisa jadi karena mereka
yang melukai justru sedang terluka. Karena mereka belum bisa damai dan menerima
luka tersebut, makanya di beberapa kasus justru melampiaskan lukanya untuk
melukai orang lain. Karena rasanya ketika mereka sedang tidak bahagia, orang
lain pun ngga boleh bahagia. Ini bukan teori, Cuma kebetulan sekilas pernah
baca kurang lebih gitu isinya. Dan yang kebetulan baca ini juga ngga harus
setuju, semua orang punya journey nya sendiri-sendiri dalam memaafkan baik
dengan dirinya sendiri aupun orang lain hehe. Selamat merayakan damai dengan
diri sendiri J
Salam,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar