Minggu, 25 Juli 2021

Memaafkan

 

memaafkan adalah mengambil pisau dari hatimu dan tidak menggunakanya untuk melukai orang lain, ngga peduli segimanapun mereka melukai dirimu. sayangnya itu bukan aku. 

Dulu, aku adalah manusia yang agak susah, eh lama untuk memaafkan kesalahan orang lain. Rasanya langsung memaafkan orang lain ketika berbuat kesalahan adalah keputusan yang nggak bijak samasekali, iyalah enak aja. Sesorang sudah melakukan kesalahan dalam hidup kita masa di maafin gitu aja, yang ada di pikiranku Cuma biarin aja biar dia merasa bersalah atas perilaku mapun perkataanya yang sudah menyakiti sesamanya. Dengan membuat ia terus merasa bersalah rasanya ada kepuasan tersendiri. Karena aku rasa setiap ada kekeliruan yang orang lain perbuat ke kita yaa semua kesalahan ada pada dia, dan kita adalah pihak yang dirugikan. Parah emang ego nya gede banget.

Tapi sekarang rasanya udah capek, sepertinya dulu aku gagal melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang. Aku hanya melihat kesalahan dari satu sisi, yaitu dari si pelaku kesalahan tersebut. Harusnya bisa lebih bijak, bisa jadi karena aku juga menaruh ekspektasi yang terlalu tinggi, atau mungkin yang nglakuin kesalahan juga ngga sengaja bahkan terpaksa. Saat itu aku juga belum ngerti kalau ngga semua yang ada di dunia ini bisa kita kendalikan termasuk perilaku dan perspektif orang lain terhadap kita. Kita ngga bisa ngatur sikap atau perilaku seseorang untuk harus selalu baik ke kita, kita Cuma punya kendali buat merespon itu semua sebijak mungkin. Selain itu aku pun belum bisa menerima kalau jangan-jangan aku juga bersalah dalam kekeliruan tersebut. Sulit sekali rasanya mengakui kalau aku juga berpeluang melakukan kesalahan.

Sampai suatu hari ngga sengaja liat live ig dari salah seorang psikolog yang mengatakan bahwa memaafkan itu sebenernya bukan tentang membebaskan pelaku kesalahan terbebas dari kesalahanya, melainkan membebaskan diri sendiri dari emosi negative yang ada pada diri sendiri. Masuk akal sih sebenernya, ngerti kan gimana sih rasanya kalau lagi sebel sama orang karena mereka punya ‘kesalahn’, rasanya ada emosi, kesel, sakit hati dll, emosi negative semua pokonya hati isinya. Tapi memang susah diawal untuk diterima, namun lama-lama sadar juga (dikit). Dengan dalih oh iya ya rasanya kasian juga sama hati dan pikiran sendiri kalau isinya negative semua, ngga mau dong.

Sampe ahirnya mau coba meski berat. Sekarang yang jadi fokus bukan mengingat kesalahan mereka, tapi lebih ke mengurangi emosi-emosi negative yang ada dalam diri sendiri. Lebih jauh lagi ternyata memaafkan bukan tentang berdamai dengan orang lain, tapi bagaimana berdamai dengan diri sendiri untuk tidak terus membiarkan emosi negative itu ada. Ngga terus-terusan ngasih makan ego. Lalu bagaimana dengan kesalahan yang orang lain udah perbuat?  Yaudah lah yaaa, biar jadi urusan dia dengan dirinya sendiri. Dan sekarang sebenernya aga kasian ketika masih ada orang yang melukai orang lain, karena bisa jadi karena mereka yang melukai justru sedang terluka. Karena mereka belum bisa damai dan menerima luka tersebut, makanya di beberapa kasus justru melampiaskan lukanya untuk melukai orang lain. Karena rasanya ketika mereka sedang tidak bahagia, orang lain pun ngga boleh bahagia. Ini bukan teori, Cuma kebetulan sekilas pernah baca kurang lebih gitu isinya. Dan yang kebetulan baca ini juga ngga harus setuju, semua orang punya journey nya sendiri-sendiri dalam memaafkan baik dengan dirinya sendiri aupun orang lain hehe. Selamat merayakan damai dengan diri sendiri J

Salam,,,

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memaafkan

Setiap orang pasti memiliki cerita dan proses untuk memaafkan. Baik memaafkan keadaan, memaafkan seseorang, dirinya sendiri dan lain sebagai...