Ada
masanya diri sendiri ngrasa sedang sangat baik-baik aja. Puas banget sama apa yang diri sendiri punya
dan puas atas segala sesuatu yang udah (mampu) di lakukan, bukan karena kesempurnaan atau apa, melainkan
saat itu juga diri sepenuhnya menerima semua kekurangan, memaafkan segala
sesuatu yang belum bisa dilakukan/dicapai. Sadar penuh atas apa yang sedang di usahakan,
sadar penuh untuk apa sesuatu yang sedang dikejar. Sadar penuh atas apa-apa yang melekat pada
diri ngga butuh validasi orang lain. Kelebihan yang ada ngga haus akan pujian,
pun kekurangan yang ada ngga ciut dengan komentar manusia lain. Semua itu ngga
memberi pengaruh apapun ketika kita sendiri udah selesai dengan itu semua. Karena kelebihan dan kekurangan diri
sudah seharusnya jalan beriringan.
Haha
kirain perasaan itu akan selamanya bertahan, ternyata kebiasaan bandingin hidup
akan tetap muncul dalam situasi-situasi tertentu. Jangan bandingin hidup sendiri dengan orang lain
ternyata nggak semudah kita nulis di status atau di kolom komentar. Perasaan
diri sendiri tak lebih baik dari orang lain hadir kembali. Perasaan diri tak
lebih sukses dari orang lain menyusul dibelakangnya. Bahkan perasaan diri ngga
berguna dan semua yang sudah di usahakan
dan perjuangkan terlihat sia-sia juga kerap ikut-ikutan meneror.Semuanya
seperti lingkaran setan yang ngga putus-putus. Kadang cape juga si punya
perasaan gitu, udah ngerasa well eh down lagi, well..down
lagi, gitu terus. Tapi
yaaa begitulah hidup, wajar naik turun.
Tapi kali
ini aku coba memaknainya beda, ketika lagi banding-bandingin hidup dengan orang lain, lagi insecure adalah
kondisi yang aku artikan sebagai sinyal bahwa kita lagi ngga sadar secara penuh.
Makanya yang tepat dilakukan pas down lagi tu yaa ambil jeda. Tinggalin dulu
semua aktivitas yang sedang dilakukan,
atau boleh break dulu kerjaanya bentar kalau memungkinkan.
Value dan
prinsip hidup bisa jadi muara reflesksi. Emang paling bener tu ya harus sadar.
Sadar emosi apa yang lagi dirasa, sadar kita nglakuin ini semua untuk apa, sadar
kita lagi bandingin hidup dengan
orang lain, pokonya harus sadar sama apa yang kita kejar. Kita tu bukan
lagi kompetisi, tapi kebermaknaan hidup yang lagi di cari. Coba
lihat lagi niat awal, kalau apa yang sedang kita lakukan, kita usahakan ternyata niatnya udah melenceng berarti kudu di lempengin lagi. Tajdidatun niat
atau perbarui niat tu emang perlu terus dilakukan katanya. Niat awal udah bener, belum tentu ditengah
jalan masih lempeng. Niat awal sekolah buat cari ilmu, tapi ditengah
jalan bisa berubah niat jadi ingin saingan dan ajang pembuktian diri ke orang
lain karena liat teman lain berprestasi misalnya. Dan masih banyak lagi peluang
bandingin di ranah sosial ekonomi bahkan relasi.
Jadi inget percakapan dengan salah seorang psikolog
pas konseling kemarin. Sebenernya kita tu nggak adil ketika menjadikan orang
lain sebagai objek untuk membandingkan hidup kita. Karena latar belakang dan
segala kondisi yang kita alami juga beda, jadi ngga fair kalau mau
bandingin hidup kita dengan orang lain. Kalau mau bandingin hidup ya jadikan
diri kita sendiri sebagai objek perbandingan tersebut. Maksudnya kalau mau
bandingin hidup coba bandingin hidup kita yang sekarang dengan yang dulu, itu
baru adil. Apakah sekarang kita udah lebih baik dibanding yang dulu? Apakah
udah ada progress meski sedikit? Misal dulu kita belum tau ini sekarang udah
tau, dll. Kita punya parameter nya masing-masing. Kayanya perbandingan gitu
yang justru membangun. Kalu bandingin hidup dengan orang lain malah jatuhnya insecure
nggak sih? Kalian suka gitu juga nggak? Hehe. Lagian kasian juga sih kalau kita
terus-terusan men-judge diri kita kurang kurang kurang terus. Iya yang
namanya manusia memang banyak kekurangan, namun kekurangan yang ada bukan untuk
di kata-katain bukan untuk dihindari dan diusir-usir pergi, tapi untuk ditemani
dan diterima keberadaanya. Emang prakteknya ngga mudah, mumpung lagi sadar
makanya coba aku tulis. Agar sewaktu-waktu kalau down, tulisan ini bisa dibaca
kembali jadi teman refleksi biar down nya ngga berlarut-larut.
Selamat refleksi, selamat menemukan bagian-bagian
dalam diri yang ternyata menguatkan dan membuatmu lebih berdaya.
Salam..