Kita nggak pernah tau ujian dalam hidup datang nya
kapan, gimana bentuknya, dalam kondisi kita lagi siap atau justru lagi ngga
siap samasekali. Kadang terlintas pikiran, coba aja bisa request timing
ujian hidup ‘nanti dulu siih ini lagi banyak tanggung jawab yang harus
diselesaikan, dan please datengnya satu-satu yaa, jangan rombongan kaya
air hujan’ (haha emang ini semesta punya nenek moyang looo). Nggak lucu juga
kalau nawar ‘ya Tuhan ini timing nya nggak pas nih, minggu depan aja yaa,
atau bulan depan aja deh wkwk’. Tapi yaa mungkin Tuhan lebih tau, waktu dan
kondisi yang menurut kita nggak pas bisa jadi adalah waktu terbaik untuk
menerima itu semua. Namanya manusia kan terbatas, segala sesuatu yang diukur
dengan akal manusia sudah pasti beda dengan ukuran yang sudah Tuhan buat.
Inilah salah satu part menjadi dewasa itu
mengagetkan, apalagi yang hidupnya suka haha hihi, jajan dan main doang. Pengen
jajan tinggal minta, main juga sepuasnya, nggak perlu overthinking
mikirin hal-hal didepan yang belum terjadi dan sebagainya. Tapi ada satu hal
yang sedikit membuat diri harus menarik nafas dalam berkali-kali. Beranjak dewasa,
cerita orang tua kita ternyata udah agak beda. Bukan lagi tentang keseruan kisah
masa kecil mereka meski belum ada listrik maupun teknologi kaya sekarang. Sekarang
mereka sudah mulai membuka percakapan tentang sesuatu yang mungkin sudah
saatnya dibagi yang kadang diantaranya berisi kenyataan yang nggak ingin
didengar setiap anak didunia ini. Bagian tersulitnya adalah menyadari bahwa kadang
ada sesuatu yang berat yang harus mereka hadapi tanpa kita tahu. Dan sepertinya
seluruh orang tua dibumi bakal gitu, nggak mau memberatkan setiap anaknya. Dan jangan-jangan
masih banyak hal yang belum kita tahu dan sebenarnya mereka sedang butuh
dukungan.
Kalau udah kaya gini nggak ada lagi yang bisa
dilakukan selain coba mindful dan take a break for a moment, karena kalau
nggak gitu bisa salah langkah dan merugikan diri sendiri juga. Coba direnungi
kembali posisi dan fungsi ujian dalam hidup itu gimana, coba husnudzon dengan
Tuhan apa maksud ketika ngasih cobaan ke manusia dan sebagainya. intinya sih
nggak boleh kegabah kebawa emosi terus nyalahin Tuhan karena merasa hidupnya paling
menderita, berpikir semesta nggak adil, atau mungkin denial dengan
mempertanyakan mengapa harus aku?.
Kalau bagiku pribadi sih mendingan banget efeknya,
kerasa banget sebelum dan sesudah belajar mindful. Jadi ketika ada
sesuatu yang nggak mengenakkan yang terjadi nggak langsung merespon, tapi coba istirahat
dulu, Tarik nafas panjang dan coba berpikir ulang bagaimana respon yang harus
diambil dengan menempatkan bagian-bagian mana yang bisa atau dibawah kendali
diri. Yaa masih tahap belajar sii, masih matiran. Tapi efek lebih tenangnya
udah kerasa. Untuk sebagian orang mungkin nggak mudah, lagi kalang kabut karena
terjadi sesuatu boro-boro bisa mikir kesana, kelamaaaaan. Menjadi bijak
khusunya pada diri impact nya ngga main-main, makanya berat dilakuin. Yang
nggak kalah penting adalah dengan siapa kita berbagi (cerita). menjadi dewasa
berarti harus lebih selektif memilih dengan siapa kita ingin didengar, yang
denganya kita nggak akan disalah-salahin, dikata-katain, dianggap lemah dan
lain sebagainya. Dalam beberapa kasus, berbagi bukan dengan orang yang tepat
justru bisa menjadi boomerang bagi diri sendiri, bahkan memperparah keadaan.
Untuk yang sedang belajar dewasa diluar sana, semua
ini alamiah dan bisa terjadi pada siapaun dengan wujud konflik yang berbeda.
yang perlu diingat, kamu nggak sendirian. Coba istirahat sejenak untuk merenungi
apapun yang lagi diadepin untuk menentukan kemudian bagaimana merespon semuanya
dengan bijak. Tuhan pasti bertanggung jawab, menciptakan ujian dalam hidup berarti
siap mengabulkan rentetan doa-doa untuk menguatkan bahu dan meluaskan sabar
dalam hati setiap manusia yang menghadapinya.
Salam….
Tanpa komentar
BalasHapusWhat a great..
BalasHapusTerlalu manis penutupnya. Tengkyu udah nulis ini :'))
BalasHapusSubhanallah
BalasHapus