Selasa, 15 Juni 2021

Menikah bukanlah solusi

Dari sebuah jurnal dikatakan bahwa titik puncak kehidupan manusia yaitu pada rentang usia dewasa awal sekitar usia 20-40 tahun, (ada juga yang mengatakan 20-30 tahun), pada periode tersebut terjadi tahap pengambilan keputusan tentang keyakinan, pilihan karir, gaya hidup personal, value hidup bahkan perihal pasangan. Rasanya sangat wajar jika terjadi kekalutan dalam prosesnya. Menentukan karir yang sesuai maupun value hidup bukanlah keputusan yang mudah dan ringan, kadang ketika sudah menemukan karir yang sesuai eh orang tua kurang setuju atau mungkin tidak adanya perusahaan yang membuka lowongan tersebut atau bahkan karena keterbatasan finansial untuk membuka sebuah usaha sehingga acap kali kita di benturkan pada keadaan yang serba salah dan harus terkungkung pada pekerjaan yang tidak diinginkan samasekali.

Di tengah kekalutan tersebut tidak jarang dari mereka yang kemudian memutuskan untuk menikah aja dengan dalih biar hidupnya ada yang biayain, atau daripada hidupnya gini-gini aja, bahkan mungkin karena teman seumuran udah banyak yang nikah dan biar berhenti ditanya kapan nikah oleh teman, keluarga atau kerabat. Alih-alih keluar dari permasalahan, memutuskan menikah dengan dalih di atas justru menjadi bumerang untuk diri sendiri jika tidak disiapkan dan disadari betul bahwa hakikatnya selalu ada tanggung jawab baru untuk setiap peran baru yang diambil. Tapi ngga semua kasus seperti itu sii, nyatanya banyak yang memutuskan menikah muda dan nyatanya baik-baik saja dan bahagia, so proud of them.

memang tidak mudah hidup dalam masyarakat yang begitu mengglorifikasi pernikahan, sehingga ketika sudah memasuki usia ideal pernikahan (menurut society) namun belum juga menikah akan dipandang sedikit aneh (khususnya perempuan) yang diikuti statement mau nunggu apa lagi? nggak usah milih-milih, nggak usah cari yang sempurna, jangan kebanyakan mikir dsb. Padahal ngga gitu konsepnyaa J justru karena menikah katanya adalah separuh agama dan Cuma sekali seumur hidup, rasanya wajar saja kalau harus disiapkan sematang mungkin dan sudah semestinya keputusan tersebut bukan diputuskan orang lain melainkan merupakan hasil pergulatan batin setiap individu dengan dirinya masing-masing, karena pernikahan merupakan sebuah kompleksitas yang melibatkan banyak hal termasuk kesiapan fisik dan psikis didalamnya, bukan haha hihi manis doang. Dan setiap orang mempunyai waktu ‘siap’ nya masing-masing.

Yaaa gitu pokonyaaa. Udahaan bentar lagi pagi, besok kerja wkwkw. Siapin diri dulu ajaaa, kalau kata gitasav mau segimanapun galauin jodoh kalau Tuhan belum kasih ya  ngga bakal dateng.  semoga ada part 2 kalau sempat haha. Intinya setiap krisis dalam hidup harus diselesaikan satu-satu, pelan-pelan bukan mencari jalan pintas untuk melarikan diri. All is well

Salam…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memaafkan

Setiap orang pasti memiliki cerita dan proses untuk memaafkan. Baik memaafkan keadaan, memaafkan seseorang, dirinya sendiri dan lain sebagai...