Dari sebuah jurnal dikatakan
bahwa titik puncak kehidupan manusia yaitu pada rentang usia dewasa awal
sekitar usia 20-40 tahun, (ada juga yang mengatakan 20-30 tahun), pada periode
tersebut terjadi tahap pengambilan keputusan tentang keyakinan, pilihan karir,
gaya hidup personal, value hidup bahkan perihal pasangan. Rasanya sangat wajar
jika terjadi kekalutan dalam prosesnya. Menentukan karir yang sesuai maupun value
hidup bukanlah keputusan yang mudah dan ringan, kadang ketika sudah menemukan
karir yang sesuai eh orang tua kurang setuju atau mungkin tidak adanya
perusahaan yang membuka lowongan tersebut atau bahkan karena keterbatasan
finansial untuk membuka sebuah usaha sehingga acap kali kita di benturkan pada
keadaan yang serba salah dan harus terkungkung pada pekerjaan yang tidak
diinginkan samasekali.
Di tengah kekalutan tersebut
tidak jarang dari mereka yang kemudian memutuskan untuk menikah aja dengan
dalih biar hidupnya ada yang biayain, atau daripada hidupnya gini-gini aja, bahkan
mungkin karena teman seumuran udah banyak yang nikah dan biar berhenti ditanya
kapan nikah oleh teman, keluarga atau kerabat. Alih-alih keluar dari permasalahan,
memutuskan menikah dengan dalih di atas justru menjadi bumerang untuk diri
sendiri jika tidak disiapkan dan disadari betul bahwa hakikatnya selalu ada
tanggung jawab baru untuk setiap peran baru yang diambil. Tapi ngga semua kasus
seperti itu sii, nyatanya banyak yang memutuskan menikah muda dan nyatanya
baik-baik saja dan bahagia, so proud of them.
memang tidak mudah hidup dalam
masyarakat yang begitu mengglorifikasi pernikahan, sehingga ketika sudah
memasuki usia ideal pernikahan (menurut society) namun belum juga menikah akan
dipandang sedikit aneh (khususnya perempuan) yang diikuti statement mau nunggu
apa lagi? nggak usah milih-milih, nggak usah cari yang sempurna, jangan
kebanyakan mikir dsb. Padahal ngga gitu konsepnyaa J justru karena menikah katanya adalah separuh
agama dan Cuma sekali seumur hidup, rasanya wajar saja kalau harus disiapkan
sematang mungkin dan sudah semestinya keputusan tersebut bukan diputuskan orang
lain melainkan merupakan hasil pergulatan batin setiap individu dengan dirinya
masing-masing, karena pernikahan merupakan sebuah kompleksitas yang melibatkan
banyak hal termasuk kesiapan fisik dan psikis didalamnya, bukan haha hihi manis
doang. Dan setiap orang mempunyai waktu ‘siap’ nya masing-masing.
Yaaa gitu pokonyaaa. Udahaan
bentar lagi pagi, besok kerja wkwkw. Siapin diri dulu ajaaa, kalau kata gitasav
mau segimanapun galauin jodoh kalau Tuhan belum kasih ya ngga bakal dateng. semoga ada part 2 kalau sempat haha. Intinya
setiap krisis dalam hidup harus diselesaikan satu-satu, pelan-pelan bukan
mencari jalan pintas untuk melarikan diri. All is well
Salam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar