Sabtu, 26 Juni 2021

Ceritasebuahperjalanan #1

 

Ini adalah series baru dalam diary online nya mbak nells haha, series yang sering dimulai namun ngga pernah diselesaikan. Isinya tentang cerita yang ditulis usai melakukan perjalanan sedekat apapun itu. Mungkin sedikit berlebihan kalau namanya cerita sebuah perjalanan karena bukan ditulis dari seorang pejalan beneran yang udah expert haha. Tapi ya ndapapa sekedar mengabadikan secuil peristiwa yang ditemukan disetiap perjalanan, dan semoga bisa membuka kesempatan untuk perjalanan-perjalanan selanjutnya yang lebih seru hehe amiin. Meski Cuma sesekali, perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dari satu stasiun ke stasiun lain, dari satu terminal ke terminal lain sendirian maupun barengan kembali tergambar di pelupuk mata, Baca antologi puisi dalam gerbong ketika suasana diluar  hujan diselimuti kabut tebal sudah pasti dirindukan. Ah jadi kangen kumpulin boarding pass sisa bepergian wkwk.

Sebenernya dibilang seneng banget kemana-mana juga engga, karena berbakat juga menyendiri dikamar temenan sama musik, bantal dan buku (kadang). Makanya ketika berkesempatan melakukan perjalanan sedekat apapun sebisa mungkin dinikmati dan entah kenapa setiap tempat, orang maupun suasana yang ditemui seolah mengisyaratkan sebuah pelajaran. Beda kota, beda orang, beda suasana, beda aroma, beda pijakan, beda pula rasanya. Mereka memiliki pelajaran dan candunya masing-masing. Meski kadang capek, namun setelahnya mood dan semangat hidup berasa ter-charging sempurna. Yang tadinya mau nyerah eh nggajadi karena ditengah jalan ketemu orang yang inspiratif, yang tadinya ngeluh terus jadi bisa dikurangi karena ketemu orang yang harus effort mati-matian hanya untuk memperoleh hal sederhana misalnya, yang tadinya stuck sama hidup bisa aga fresh karena ketemu tempat yang nyaman dll.  Apa mungkin hidup idealnya begitu? Perlu ada ‘perjalanan’ sebagai sekat untuk sekelumit rutinitas yang kadang bikin ambyar?

Sekian detik menuju pintu keluar tol aku tersadar dari lamunan kecil betapa ilmu dan  kebaikan perlu diulang dan dirawat sebagai pengingat di setiap part hidup yang dijalani kemudian. Ngga peduli semahir sehafal apapun teori yang dipelajari di masa lampau, nyatanya kalau ngga dibuka lagi, ngga diamalin ya bakal bablas bahkan mungkin bisa mendatangkan hal buruk. Teringat percakapan kami dengan salah seorang asatidz dari sebuah pesantren takhassus al qur’an tadi perihal beberapa tanda ketika allah membiarkan hambanya menjadi orang yang ‘rusak’, kalau tidak salah. Beberapa dari nasehatnya terdengar tidak asing, tapi ya gitu entah karena dilupakan atau tidak diamalkan jadi seolah lewat gitu aja dan tersadar ada satu kebaikan yang hilang dari sana.  Perasaan sedih disusul rasa syukur menyelinap begitu saja. Semoga senantiasa diluas lembutkan hatinya untuk menerima kebaikan. Ungkapan bertemu dan berkumpul dengan orang alim bisa mendatangkan ketenangan memang bukanlah fiktif. Kalau kata story whatsapp temen ‘dari silaturrahmi menciptakan silaturasa, meringankan beban yang dirasa’ wkwk mungkin nulisnya becanda, Cuma ada benernya juga. Tapi ya mudah-mudahan bisa dapat vibe positif dari siapapun yang kita temui disetiap tempatnya. Mungkin intinya sih namanya reminder emang harus diulang dan terus dirawat, ngga peduli sudah sejuta kali kita mendengar atau membacanya. Jadi teringat nasehat ayah ‘sudah berapa kali pun kamu belajar ilmu yang sama, anggaplah baru kali pertama atau belum pernah menerima sebelumnya. Karena pasti rasanya beda, kamu akan menemukan sesuatu yang baru meski bukan kali pertama mempelajarinya’. Huhu sehat selalu semua yang dirumah 😇.

Semoga pandemi segera berlalu, dan semoga dibukakan kesempatan seluas-luasnya untuk perjalanan-perjalanan seru selanjutnya, amiinn 😊udah deh, bentar lagi pagi takut besok kesiangan rebahanya wkwkw . canda rebahaaann

Stay safe and stay healthy everyone..

Salam…

Selasa, 15 Juni 2021

Menikah bukanlah solusi

Dari sebuah jurnal dikatakan bahwa titik puncak kehidupan manusia yaitu pada rentang usia dewasa awal sekitar usia 20-40 tahun, (ada juga yang mengatakan 20-30 tahun), pada periode tersebut terjadi tahap pengambilan keputusan tentang keyakinan, pilihan karir, gaya hidup personal, value hidup bahkan perihal pasangan. Rasanya sangat wajar jika terjadi kekalutan dalam prosesnya. Menentukan karir yang sesuai maupun value hidup bukanlah keputusan yang mudah dan ringan, kadang ketika sudah menemukan karir yang sesuai eh orang tua kurang setuju atau mungkin tidak adanya perusahaan yang membuka lowongan tersebut atau bahkan karena keterbatasan finansial untuk membuka sebuah usaha sehingga acap kali kita di benturkan pada keadaan yang serba salah dan harus terkungkung pada pekerjaan yang tidak diinginkan samasekali.

Di tengah kekalutan tersebut tidak jarang dari mereka yang kemudian memutuskan untuk menikah aja dengan dalih biar hidupnya ada yang biayain, atau daripada hidupnya gini-gini aja, bahkan mungkin karena teman seumuran udah banyak yang nikah dan biar berhenti ditanya kapan nikah oleh teman, keluarga atau kerabat. Alih-alih keluar dari permasalahan, memutuskan menikah dengan dalih di atas justru menjadi bumerang untuk diri sendiri jika tidak disiapkan dan disadari betul bahwa hakikatnya selalu ada tanggung jawab baru untuk setiap peran baru yang diambil. Tapi ngga semua kasus seperti itu sii, nyatanya banyak yang memutuskan menikah muda dan nyatanya baik-baik saja dan bahagia, so proud of them.

memang tidak mudah hidup dalam masyarakat yang begitu mengglorifikasi pernikahan, sehingga ketika sudah memasuki usia ideal pernikahan (menurut society) namun belum juga menikah akan dipandang sedikit aneh (khususnya perempuan) yang diikuti statement mau nunggu apa lagi? nggak usah milih-milih, nggak usah cari yang sempurna, jangan kebanyakan mikir dsb. Padahal ngga gitu konsepnyaa J justru karena menikah katanya adalah separuh agama dan Cuma sekali seumur hidup, rasanya wajar saja kalau harus disiapkan sematang mungkin dan sudah semestinya keputusan tersebut bukan diputuskan orang lain melainkan merupakan hasil pergulatan batin setiap individu dengan dirinya masing-masing, karena pernikahan merupakan sebuah kompleksitas yang melibatkan banyak hal termasuk kesiapan fisik dan psikis didalamnya, bukan haha hihi manis doang. Dan setiap orang mempunyai waktu ‘siap’ nya masing-masing.

Yaaa gitu pokonyaaa. Udahaan bentar lagi pagi, besok kerja wkwkw. Siapin diri dulu ajaaa, kalau kata gitasav mau segimanapun galauin jodoh kalau Tuhan belum kasih ya  ngga bakal dateng.  semoga ada part 2 kalau sempat haha. Intinya setiap krisis dalam hidup harus diselesaikan satu-satu, pelan-pelan bukan mencari jalan pintas untuk melarikan diri. All is well

Salam…


Memaafkan

Setiap orang pasti memiliki cerita dan proses untuk memaafkan. Baik memaafkan keadaan, memaafkan seseorang, dirinya sendiri dan lain sebagai...