Mau
sambat, marah karena atasan atau rekan kerja yang menyebalkan, mau nangis
kejebak drama skripsi yang tak berujung, kerjaan yang kayanya ngga kelar",
bisnis lg down, cape masalah satu kelar datang masalah baru, dsb. Semua
perasaan" itu valid. Akui dan terima bahwa nggapapa untuk merasakan
emosi" tersebut, terlepas dari 'gausah lemah! kamu harusnya bersyukur, banyak
orang diluar sana yang belum beruntung seperti kamu sekarang'. Karena mungkin
ngga sedikit dari kita yang ketika perasaan" itu muncul justru langsung di
cut dengan beberapa afirmasi kamu nggaboleh lemah dsb. Mau kamu
(sepertinya) terlihat beruntung dr mereka atau tidak, kamu juga manusia lengkap
dengan berbagai emosi yang melekat padanya. Semua emosi yang sedang dirasain
itu valid, dan nggapapa. Selagi proporsional dan sesuai tempatnya. Lagian untuk
belajar syukur apa harus membandingkan? Mencari-cari 'kesempatan' atau apapun
yang kita miliki tapi belum dimiliki orang lain? Cukup berhenti pada titik
menyadari banyak hal yang sudah Tuhan beri tanpa harus diteruskan dengan kemudian
membandingkanya dengan orang lain. Yaaa intinya belajar menerima diri secara
penuh, belajar sadar, belajar jadi manusia. Karena ngga semua orang mau, mampu
dan berani mengakui apa yang terjadi pada diri sendiri karena terbentur berbagai stigma dilingkungan
yang (sepertinya) terlihat sudah pro😁.
Sekian.
#selfjourneyLL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar