Kamis, 25 Februari 2021

Belajar menerima

Mau sambat, marah karena atasan atau rekan kerja yang menyebalkan, mau nangis kejebak drama skripsi yang tak berujung, kerjaan yang kayanya ngga kelar", bisnis lg down, cape masalah satu kelar datang masalah baru, dsb. Semua perasaan" itu valid. Akui dan terima bahwa nggapapa untuk merasakan emosi" tersebut, terlepas dari 'gausah lemah! kamu harusnya bersyukur, banyak orang diluar sana yang belum beruntung seperti kamu sekarang'. Karena mungkin ngga sedikit dari kita yang ketika perasaan" itu muncul justru langsung di cut dengan beberapa afirmasi kamu nggaboleh lemah dsb. Mau kamu (sepertinya) terlihat beruntung dr mereka atau tidak, kamu juga manusia lengkap dengan berbagai emosi yang melekat padanya. Semua emosi yang sedang dirasain itu valid, dan nggapapa. Selagi proporsional dan sesuai tempatnya. Lagian untuk belajar syukur apa harus membandingkan? Mencari-cari 'kesempatan' atau apapun yang kita miliki tapi belum dimiliki orang lain? Cukup berhenti pada titik menyadari banyak hal yang sudah Tuhan beri tanpa harus diteruskan dengan kemudian membandingkanya dengan orang lain. Yaaa intinya belajar menerima diri secara penuh, belajar sadar, belajar jadi manusia. Karena ngga semua orang mau, mampu dan berani mengakui apa yang terjadi pada diri sendiri  karena terbentur berbagai stigma dilingkungan yang (sepertinya) terlihat sudah pro😁.

Sekian.

#selfjourneyLL

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memaafkan

Setiap orang pasti memiliki cerita dan proses untuk memaafkan. Baik memaafkan keadaan, memaafkan seseorang, dirinya sendiri dan lain sebagai...