Jumat, 26 Februari 2021

Special day (Katanya)

Pibesdey sayaaannggg, pesan masuk pagi-pagi sekali dari sobat karib yang agak sholehah tapi barbar juga haha, diikuti berbagai do’a terbaik yang diucapkanya termasuk jodoh, yang sepertinya menjadi dominasi do’a ulang tahun di perempatan usia bagi mereka yang belum juga nikah haha. Bingung banget harus gimana sebenernya, apa harus seneng, bahagia, sedih atau apa wkwk. Gini, ada yang menjadikan moment ulang tahun sebagai salah satu moment dan hari yang paling special hari dimana ia dilahirkan beberapa tahun lalu sehingga harus dirayakan dengan sedemikian rupa. Ada pula yang menganggapnya biasa saja karena memang akan berulang setiap tahun nya, jadi ngga perlu lah dirayakan berlebihan, karena lagian ulang tahun justru jadi alarm bahwa jatah umur semakin berkurang, bukanya sebaiknya dipakai untuk intospeksi apa yang selama ini sudah kita lakukan?. Ah apapun itu yang jelas keduanya sama-sama baik, karena intinya sebagai ungkapan rasa syukur entah bagaimanapun caranya.

Sedikit terasa special karena bertepatan dengan hari jum’at, Selain hari dimana yang dianjurkan banyak bersholawat dan berdo’a di dalamnya, hari jum’at adalah salah satu hari yang paling aku sukai, hari yang wajib ada seneng ada semangat di dalamnya, ndapapa selain itu harus capek, pusing, meguras emosi, yang penting di hari jum’at suka sekali untuk mengupayakan bahagia di dalamnya. Lanjut,,, selebrasinya mulai agak beda tahun ini, mungkin akan jadi hari dimana aku melakukan percakapan panjang antara aku dan diriku sendiri, menyadari gejolak hidup diusia dewasa awal yang semakin memporak-porandakan emosi, sudut pandang, logika, nilai hidup dan berbagai aspek kehidupan lainya yang ngga lepas dari relasi dengan teman, rekan kerja, keluarga maupun dengan diri sendiri. Mencoba untuk menyadari setiap kejadian yang dialami, emosi yang dirasakan, berbagai ekspektasi yang harus dipenuhi dan lain-lain.  Namun dibalik itu semua ada ribuan pelajaran yang dapat diambil untuk kemudian dijadikan sudut pandang baru dalam menghadapi dunia tipu-tipu ini haha.

Memang ngga mudah diawal, rasanya kaya ngga bisa berenang, ngga pernah diajarin renang tapi di ceburin ke kolam. Di bangku kuliah Cuma haha hihi kelar langsung di bombardier realita yang ngga semuanya sesuai keinginan. Semesta seperti ngga adil, namun diri dipaksa kuat dan siap ngadepin, yaah pokonya gitu, susah di definisikan. Tapi dari situ jadi sadar akan satu hal, bahwa masalah, kesulitan itu sebuah keniscayaan, ngga bisa bisa juga bujuk semesta untuk bekerja sesuai yang kita inginkan. Satu-satunya yang bisa kita kendalikan adalah presepsi kita ngadepin semuanya, mau terus menghindar dan membuatnya semakin rumit atau coba melakukan apa yang bisa kita lakukan, dan let it flow atau melepaskan semua yang ngga bisa kita kendalikan, biar ngga overthinking. Tapi ya jam terbangnya tinggi, perlu usaha, kesadaran dan penerimaan. Mari kita coba sama-sama wkwk. Oiya untuk do’a terbaik yang sudah dilangitkan hari ini, makasi yaaa semoga diijabah amiiinn.

Semoga tambah dewasa, tambah santuy tambah bahagiaaaa. Amiinnn

Salam.

 

Kamis, 25 Februari 2021

Belajar menerima

Mau sambat, marah karena atasan atau rekan kerja yang menyebalkan, mau nangis kejebak drama skripsi yang tak berujung, kerjaan yang kayanya ngga kelar", bisnis lg down, cape masalah satu kelar datang masalah baru, dsb. Semua perasaan" itu valid. Akui dan terima bahwa nggapapa untuk merasakan emosi" tersebut, terlepas dari 'gausah lemah! kamu harusnya bersyukur, banyak orang diluar sana yang belum beruntung seperti kamu sekarang'. Karena mungkin ngga sedikit dari kita yang ketika perasaan" itu muncul justru langsung di cut dengan beberapa afirmasi kamu nggaboleh lemah dsb. Mau kamu (sepertinya) terlihat beruntung dr mereka atau tidak, kamu juga manusia lengkap dengan berbagai emosi yang melekat padanya. Semua emosi yang sedang dirasain itu valid, dan nggapapa. Selagi proporsional dan sesuai tempatnya. Lagian untuk belajar syukur apa harus membandingkan? Mencari-cari 'kesempatan' atau apapun yang kita miliki tapi belum dimiliki orang lain? Cukup berhenti pada titik menyadari banyak hal yang sudah Tuhan beri tanpa harus diteruskan dengan kemudian membandingkanya dengan orang lain. Yaaa intinya belajar menerima diri secara penuh, belajar sadar, belajar jadi manusia. Karena ngga semua orang mau, mampu dan berani mengakui apa yang terjadi pada diri sendiri  karena terbentur berbagai stigma dilingkungan yang (sepertinya) terlihat sudah pro😁.

Sekian.

#selfjourneyLL

 

Memaafkan

Setiap orang pasti memiliki cerita dan proses untuk memaafkan. Baik memaafkan keadaan, memaafkan seseorang, dirinya sendiri dan lain sebagai...