Minggu, 26 September 2021

Apa yang sebetulnya orang overthinking pikirkan?

 

Saking seringnya kepikiran, khawatir dan cemas sama hidup tiba-tiba muncul pertanyaan dibenak apa sih yang sebetulnya ada dikepala orang-orang overthinking? Hal apa yang sebetulnya kita khawatirkan? hal apa yang yang sebetulnya kita cemaskan sampe bisa overthinking hampir tiap waktu? pertanyaan yang diajukan untuk diri sendiri dan mungkin juga untuk mereka yang turut merasakan perasaan yang sama. Gini deh biar enak, coba kita bedah dulu arti overthingking itu sendiri biar ngga dikit-dikit melabeli diri dengan kata yang jadi simbol usia dua puluhan itu haha. Dilansir dari ugm.ac.id overthinking adalah menggunakan terlalu banyak pikiran untuk memikirkan suatu hal dengan cara yang merugikan serta overthinking dapat berupa ruminasi dan khawatir. Ruminasi adalah kecenderungan untuk terus memikirkan masa lalu. Sedangkan khawatir adalah kecenderungan memikirkan prediksi yang negatif.

Nah, padahal dari segi definisinya aja jelas tertulis kata ‘terlalu’ yang bisa berarti berlebihan, yang dalam konteks ini adalah berlebihan memikirkan sesuatu. Kita tau bahwa semua yang berlebihan itu nggak baik meski dalam hal kebaikan sekalipun, dan brarti memang ada sesuatu yang salah, ada sesuatu yang harus dibenahi. Ada yang pernah ilang gini ‘bahwa  ketika kita sedang cemas, khawatir, yang sedang berperan aktif alias mendominasi adalah perasaan kita dan logika bisa dikatakan sedang melemah’. Aku menyebutnya sebagai fase nggak rasional, karena emang yang dikedepankan hanya perasaan tanpa adanya pertimbangan untuk kemungkinan-kemungkinan lain.

Oiya kalau ngomongin ruminasi yang merupakan salah satu wujud dari overthinking tadi, jadi inget beberapa waktu lalu pernah nonton youtube nya dr. jiemi ardian yang membahas tentang ‘ruminatif thinking’, ruminasi sendiri memiliki arti proses pengembalian makanan dari lambung ke mulut pada hewan pemamah biak untuk dikunyah dan ditelan kembali. Mungkin temen-temen tau proses pencernaan pada hewan pemamah biak seperti sapi yang ngunyah dan masuk lambungnya nya nggak cuma sekali, tapi berkali-kali. Makanan yang sudah dikunyah akan masuk ke lambung dan akan dikembalikan ke mulut untuk dikunyah dan ditelan kembali, begitu terus prosesnya sampe berkali-kali sebelum masuk ke usus (koreksi ya kalau salah, lupa udah sekian tahun lalu haha).  Lalu apa hubunganya dengan overthinking? Kasusnya sama, orang yang sedang mengalami ruminatif thinking akan terus memikirkan dan mempertanyakan kembali sesuatu yang sudah ia pikirkan dan temukan jawabanya dimasa lalu atau beberapa waktu lalu. Dalam sebuah contoh kecil perihal pertanyaan ‘usia segini udah bisa apa?’ dalam kasus tertentu pertanyaan tersebut akan bercabang ke pertanyaan dalam aspek hidup lain seperti sosial, ekonomi, relasi dll. Dan dimasa lalu mungkin kita udah selesai dengan pertanyaan itu, kita udah temukan jawabanya. Tapi siapa sangka pertanyaan itu bisa muncul kembali sehingga kita harus mengalami dan mengulang proses menyebalkan itu sampe ketemu lagi dengan jawabanya. Begitulah kurang lebih mekanisme ruminatif thingking yang dapat berujung pada overthinking atau berpikir berlebihan akan sesuatu.

Oke, sekarang aku mau coba ngajak diriku sendiri dan temen-temen untuk mencari jawaban atas overthinking yang sedang dirasakan. Pernah nggak nanya sama diri sendiri sebetulnya apa yang sedang aku khawatirkan, apa yang sedang aku cemaskan sampe overthinking? khawatir sudah tertinggal jauh dari teman sebaya? Atau merasa nggak berguna? Insecure? Merasa cuma bisanya nyusahin orang sekitar? Belum bisa berbuat banyak untuk orang-orang terkasih?. Sial,kenapa jawabanya iya semua L. Tapi ada sesuatu yang aneh, sebenernya kita semua udah sejuta kali baca sampe hafal statement ‘setiap orang punya waktunya masing-masing, nggak ada yang terlambat maupun terlalu cepat, semuanya udah proporsional’. Tapi kenapa masih aja mengkhawatirkan, memikirkan dan mempertanyakan pertanyaan yang jawabanya kita udah tau?. Yaah, mungkin emang fase nya kali yaa, nggak bisa di skip. Untuk usia dewasa awal khususnya. Overthinking biasa menjadi makanan sehari-hari. Tapi yang perlu di highlight adalah semuanya akan gini-gini aja kalau kita Cuma mikirin doang tanpa melakukan sesuatu. Karena bisa jadi kita tak kunjung menemukan jawaban dan keluar dari fase ini karena kita belum melakukan sesuatu, entah coba mengulik potensi yang terpendam maupun mempelajari sesuatu yang baru.

Dan bagi yang hampir putus asa karena merasa belum berkembang atau tak kunjung ada perubahan atas apa yang sedang dikerjakan, itu bukan masalah. Jangan cepat melabeli diri gagal. Karena gagal terjadi ketika tujuan belum tercapai dalam target yang sudah ditentukan. Hobi kita adalah melabeli diri gagal tanpa tau tujuan kita bahkan mengatakan diri gagal padahal ternyata kitanya aja yang belum berjuang.

Coba nikmati sebentar lagi prosesnya, selama kita masih bergerak brarti kita masih on the right path. Ini semua hanya bagian dari part kecil dalam hidup, yang pasti dilewati untuk kemudian masuk dalam part selanjutnya. Jadi jangan dihabiskan energinya cuma buat mikirin ini semua. Percayalah, just do it! Kalau kata cak nun ‘Tuhan udah susah-susah menciptakan kita, nggak mungkin nggak bertanggung jawab atas hidup kita’. So, worry nya coba dikurangi yaa hehe..

Salam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memaafkan

Setiap orang pasti memiliki cerita dan proses untuk memaafkan. Baik memaafkan keadaan, memaafkan seseorang, dirinya sendiri dan lain sebagai...